Azura Team • 2025-07-21
Azura Labs - Pernah enggak sih ngerasa kalau ngoprek kode itu kayak menyusun balok LEGO raksasa? Pasti sering, kan? Nah, biar balok-balok itu kokoh dan enggak gampang ambruk, kita butuh yang namanya pengujian. Bukan cuma sekadar coba-coba, tapi pengujian yang terstruktur dan bisa diandalkan. Di tahun 2025 ini, dengan semakin kompleksnya sistem dan arsitektur microservices yang jadi primadona, teknik mocking dan stubbing itu udah jadi skill wajib buat para developer. Yuk, kita bedah tuntas kenapa dua teknik ini penting banget dan gimana cara kita ngegunainnya biar kode kita makin juara!
Dulu, mungkin kita sering dengar omongan, "Ah, palingan cuma ngetes manual aja, beres!" Tapi, makin ke sini, omongan itu udah enggak relevan lagi. Bayangin deh, kalau kita lagi bikin aplikasi e-commerce yang sudah terintegrasi sama payment gateway, layanan pengiriman, sampai sistem notifikasi. Kalau mau ngetes satu fitur aja, kita harus pastiin semua layanan eksternal itu jalan. Ribet banget, kan? Belum lagi kalau ada error di salah satu layanan, bisa-bisa pengujian kita jadi berantakan.
Nah, di sinilah mocking dan stubbing berperan sebagai penyelamat. Kedua teknik ini memungkinkan kita untuk mengisolasi bagian kode yang mau kita uji dari dependensi eksternal. Jadi, kita bisa fokus ngetes logika inti dari kode kita tanpa harus pusing mikirin koneksi ke database, API pihak ketiga, atau bahkan komponen lain yang belum jadi. Ini penting banget buat pengujian unit (unit testing) dan pengujian integrasi (integration testing).
Meskipun sering disebut barengan dan punya tujuan yang mirip, ada perbedaan mendasar antara mocking dan stubbing. Biar enggak ketuker, yuk kita lihat analogi sederhananya :
Gampangnya gini : Stub itu buat memberikan data, sedangkan Mock itu buat memverifikasi interaksi.
Di tahun 2025 ini, ekosistem tooling untuk mocking dan stubbing udah makin matang dan powerful. Beberapa framework dan library yang jadi favorit developer antara lain :
Tren yang lagi naik daun di 2025 adalah test containers dan contract testing yang dikombinasikan dengan mocking/stubbing. Test containers memungkinkan kita menjalankan database atau layanan eksternal dalam container Docker selama pengujian, sehingga pengujian integrasi jadi lebih realistis tanpa harus deploy ke lingkungan staging. Sementara itu, contract testing (misalnya dengan Pact) memastikan bahwa API yang kita buat sesuai dengan "kontrak" yang disepakati oleh konsumen API, dan mock bisa digunakan untuk mensimulasikan respons dari provider API selama pengembangan.
Mocking dan stubbing itu bukan cuma tentang membuat pengujian lebih cepat, tapi juga tentang membuat pengujian jadi lebih andal, terisolasi, dan mudah dipelihara. Di dunia pengembangan perangkat lunak yang dinamis di tahun 2025 ini, kemampuan untuk menguji kode secara efektif adalah kunci untuk menghasilkan aplikasi yang berkualitas tinggi dan bebas bug. Jadi, jangan ragu untuk menyelami lebih dalam teknik-teknik ini, karena investasi waktu Anda di sini pasti akan terbayar lunas dengan kode yang lebih bersih dan aplikasi yang lebih tangguh. Siap ngoding bebas pusing?
Baca Juga :
PT. INSAN MEMBANGUN BANGSA
Jl. Lumbungsari V no 3 Kel. Kalicari, Kec. Pedurungan, Kota Semarang, Kode Pos 50198