Azura Team • 2025-06-23
Azura Labs, Semarang – Di tahun 2025, dunia teknologi semakin cepat berubah. Tapi anehnya, beberapa kesalahan dalam security testing tetap saja langgeng, bahkan di proyek-proyek besar sekalipun. Banyak tim developer, QA engineer, hingga security analyst masih terjebak pada pola lama yang bikin celah keamanan tetap terbuka lebar.
Kalau kamu terlibat di pengembangan aplikasi modern—entah itu web, mobile, atau sistem enterprise—artikel ini penting banget buat kamu. Kita akan bahas beberapa kesalahan umum dalam security testing yang masih terjadi di 2025, plus insight buat menghindarinya.
Masih banyak yang mikir, “Aplikasi udah jalan normal, berarti aman.” Padahal fungsionalitas dan keamanan itu dua hal yang beda.
🔍 Contoh kasus: Aplikasi bisa login dengan benar, tapi ternyata sistem nggak nge-cek input parameter, dan itu bisa jadi pintu masuk SQL Injection.
🛠️ Solusi: Tambahkan skenario security-focused dalam pengujian—misalnya uji input aneh, manipulasi parameter, atau testing behavior saat terjadi brute force.
Tools seperti OWASP ZAP, Burp Suite, atau Snyk memang powerful. Tapi sayangnya, banyak tim yang terlalu bergantung pada hasil scan otomatis tanpa analisa manual.
💡 Fakta 2025: Banyak celah keamanan canggih yang hanya bisa ditemukan lewat eksplorasi manual, terutama di aplikasi dengan logika kompleks atau custom API.
🛠️ Solusi: Kombinasikan antara automated scan dan manual penetration testing. Jangan takut untuk eksplorasi payload dan teknik attack baru.
Testing di lokal atau staging sering kali beda jauh dengan kondisi real di production—baik dari sisi data, traffic, hingga permission.
🔥 Risiko: Konfigurasi security yang kelihatan aman di staging bisa ternyata bolong di production karena environment-nya berbeda.
🛠️ Solusi: Gunakan production-like environment untuk testing atau setidaknya lakukan validasi konfigurasi keamanan setelah deployment.
Tahun 2025, ancaman siber makin berkembang: ada AI-powered phishing, supply chain attack, dan celah di API 3rd-party yang makin sering dimanfaatkan.
📉 Kesalahan klasik: Masih ngandelin daftar OWASP Top 10 2021 doang buat acuan.
🛠️ Solusi: Rutin update knowledge lewat komunitas, conference, newsletter security, dan ikut serta dalam bug bounty atau forum seperti HackerOne dan Bugcrowd.
Banyak aplikasi modern di 2025 adalah API-first, bahkan serverless. Tapi sayangnya, banyak tim yang masih belum punya strategi testing keamanan API secara menyeluruh.
⚠️ Celakanya: API yang insecure bisa dieksploitasi bahkan tanpa perlu UI.
🛠️ Solusi: Gunakan pendekatan seperti OWASP API Security Top 10. Lakukan token fuzzing, rate limiting test, dan abuse testing untuk endpoint sensitif.
Testing security tanpa kontrol terhadap data bisa berujung dua hal: false positive yang bikin panik, atau false negative yang bikin celah lewat.
🎯 Contoh nyata: Tes privilege escalation gagal karena user dummy punya akses admin tanpa sengaja.
🛠️ Solusi: Gunakan data yang terstruktur, punya skenario role yang jelas, dan validasi hak akses antar level pengguna.
Security bukan cuma urusan tim security aja. Tapi banyak perusahaan masih memisahkan tim developer, QA, dan security secara silo.
🚧 Efeknya: Banyak potensi celah nggak terdeteksi karena nggak ada komunikasi lintas tim.
🛠️ Solusi: Terapkan budaya DevSecOps. Libatkan semua tim sejak awal dalam diskusi threat modeling, review kode, dan pengujian.
Kita hidup di era teknologi canggih, tapi banyak organisasi masih kepleset di lubang yang sama. Dengan menyadari dan menghindari kesalahan umum dalam security testing, kamu bisa bantu aplikasimu jauh lebih tangguh terhadap ancaman nyata.
Kalau kamu kerja di startup, enterprise, atau bahkan solo dev, yuk mulai ubah cara kita ngetes keamanan aplikasi. Jangan sampai baru sadar ada celah... pas udah kebobolan.
PT. INSAN MEMBANGUN BANGSA
Jl. Lumbungsari V no 3 Kel. Kalicari, Kec. Pedurungan, Kota Semarang, Kode Pos 50198