Pengujian Keamanan di Cloud-Native App: Tantangan Multicloud dan Hybrid Cloud

Azura Team2025-10-20

Azura Labs, Semarang – Cloud-native bukan lagi tren baru di 2025 — ia sudah jadi standar. Perusahaan besar maupun startup kini berlomba membangun aplikasi berbasis cloud karena skalabilitas dan fleksibilitasnya. Tapi, di balik semua kemudahan itu, ada satu hal yang makin rumit: pengujian keamanan.

Apalagi dengan munculnya strategi multicloud (menggunakan lebih dari satu penyedia cloud seperti AWS, Google Cloud, dan Azure) serta hybrid cloud (gabungan cloud publik dan private). Keduanya bikin sistem lebih fleksibel, tapi juga memperluas permukaan serangan dan meningkatkan kompleksitas keamanan.

Kenapa Pengujian Keamanan Cloud-Native Jadi Krusial di 2025?

Di 2025, landscape keamanan cloud berubah cepat. Serangan siber makin canggih, otomatis, dan bahkan memanfaatkan AI untuk menembus celah di container, API, atau pipeline DevOps.

Aplikasi cloud-native punya karakter unik: dibangun dari microservices, dijalankan dalam container (seperti Kubernetes), dan sering di-deploy secara continuous. Artinya, pengujian keamanan gak bisa lagi dilakukan hanya di tahap akhir. Ia harus jadi bagian dari seluruh siklus hidup aplikasi — dari build, deploy, sampai runtime.

Beberapa alasan kenapa pengujian keamanan makin penting:

  • Perpindahan data antar-cloud meningkatkan risiko kebocoran.
  • Konfigurasi yang salah (misconfiguration) jadi penyebab utama insiden keamanan.
  • Dependency open-source bisa jadi titik lemah jika tidak diverifikasi.
  • API antar-layanan jadi target empuk serangan injeksi dan DDoS.

Tantangan di Lingkungan Multicloud dan Hybrid Cloud

1. Kompleksitas Infrastruktur

Setiap provider cloud punya arsitektur, policy, dan tool berbeda. Saat perusahaan mengelola banyak platform sekaligus, celah keamanan bisa muncul hanya karena perbedaan konfigurasi antar-cloud.

2. Visibility & Monitoring yang Terbatas

Dalam setup hybrid, sebagian sistem berjalan di private cloud (on-prem), sebagian di public cloud. Hal ini bikin tim keamanan sulit mendapatkan visibilitas penuh terhadap semua aktivitas yang terjadi. Tanpa monitoring yang menyeluruh, ancaman bisa tersembunyi lama.

3. Kepatuhan dan Regulasi

Tahun 2025 membawa regulasi data yang makin ketat (seperti GDPR 2.0 dan aturan lokal tentang perlindungan data). Memastikan semua cloud environment patuh terhadap standar compliance ini bukan hal mudah, apalagi jika data tersebar di beberapa lokasi dan wilayah hukum berbeda.

4. Integrasi Tool Security

Tool untuk scanning, logging, dan monitoring seringkali tidak saling terintegrasi lintas cloud. Akibatnya, tim security harus menambal sendiri sistem observabilitas mereka agar bisa mendapatkan insight utuh.

Strategi Pengujian Keamanan Cloud-Native yang Efektif

1. Shift-Left Security

Mulailah pengujian sejak tahap awal pengembangan. Gunakan static code analysis, dependency scanning, dan container image scanning sebelum aplikasi dideploy. Pendekatan ini mencegah bug keamanan sejak dini.

2. Automated Continuous Testing

Di era CI/CD (Continuous Integration/Continuous Deployment), otomatisasi adalah kunci. Integrasikan security testing di pipeline DevOps — misalnya menggunakan tools seperti Aqua Security, Trivy, atau Snyk untuk scanning otomatis setiap kali kode baru di-push.

3. Zero Trust Architecture

Jangan lagi percaya pada satu lapisan keamanan. Terapkan prinsip “verify everything” dengan autentikasi berlapis, segmentasi jaringan, dan enkripsi menyeluruh — baik di internal maupun antar-cloud.

4. Unified Security Dashboard

Gunakan platform observabilitas yang bisa menggabungkan log, alert, dan threat detection dari berbagai cloud ke satu tempat. Tools seperti Datadog Security Monitoring, Palo Alto Prisma Cloud, atau OpenTelemetry bisa membantu tim keamanan mendapat visibilitas penuh.

5. Security Chaos Engineering

Di 2025, pendekatan ini makin populer. Idenya sederhana: uji sistem keamananmu dengan “menyerang” diri sendiri. Simulasikan serangan di lingkungan multicloud untuk mengukur seberapa cepat timmu bisa mendeteksi dan merespons insiden.


Cloud-native adalah masa depan aplikasi modern — tapi tanpa pengujian keamanan yang kuat, fleksibilitas itu bisa jadi bumerang. Di era multicloud dan hybrid cloud, pendekatan lama tidak lagi cukup.

Keamanan bukan lagi sekadar fitur tambahan, tapi DNA dari setiap aplikasi. Dan di dunia cloud-native yang terus berkembang, yang paling aman adalah mereka yang selalu siap untuk diuji.


See More Posts

background

Strategi Red Teaming untuk Menghadapi Ancaman Cyber

background

Securing the Airwaves: A Comprehensive Guide to Wireless Network Penetration Testing

background

Peran Sentral Firewall Testing dalam Pengelolaan Akses Pengguna ke Aplikasi dan Sumber Daya Jaringan

Show more