Azura Team • 2025-08-01
Di tahun 2025, kita udah hidup di zaman dimana desain bukan cuma soal "kelihatan keren", tapi soal "gimana rasanya dipakai". User Experience alias UX jadi salah satu faktor penentu hidup-matinya produk digital. Dan iya, UX yang buruk bisa bener-bener menghancurkan produk kamu—bahkan kalau teknologinya udah canggih, fiturnya banyak, atau tim dev-nya super jago.
Yuk, kita bahas studi kasus nyata dan kenapa UX buruk itu bukan sekadar masalah estetika, tapi bisa berdampak besar ke bisnis kamu.
Kronologi:
QuickPay adalah salah satu startup fintech yang sempat naik daun di awal 2024. Mereka dikenal dengan layanan pembayaran yang cepat dan terintegrasi ke banyak merchant. Tapi di akhir tahun, mereka merilis update desain besar-besaran yang katanya "lebih modern dan intuitif".
Masalahnya?
User lama bingung. Menu dipindah tempat, tombol top-up yang biasa di tengah tiba-tiba disembunyi di submenu. Flow transaksi makin panjang, dan informasi saldo yang sebelumnya langsung kelihatan, sekarang harus diklik dulu. Hasilnya? Ribuan user komplain di App Store dan Play Store. Rating jeblok dari 4,7 ke 3,1 dalam waktu sebulan.
Data dari Mixpanel nunjukkin 38% user QuickPay berhenti pakai aplikasi dalam 2 minggu setelah redesign. Mereka pindah ke kompetitor yang punya tampilan lebih familiar dan flow yang lebih cepat.
Penggunaan fitur-fitur penting kayak "bayar tagihan" atau "kirim uang" turun sampai 42%. Karena user ngerasa ribet, mereka males eksplor fitur lain.
Dalam laporan Q1 2025, QuickPay ngaku kehilangan sekitar 60.000 pengguna aktif bulanan (MAU), dan revenue dari transaksi menurun drastis 25%.
Kalau user udah terbiasa dengan flow tertentu, perubahan besar harus dijelaskan atau dijalankan bertahap. Kalau enggak, mereka akan ngerasa “kehilangan kontrol”.
Tampilan cantik belum tentu usable. Yang penting bukan “desain bagus”, tapi “desain yang membantu user menyelesaikan tujuan mereka dengan cepat dan mudah”.
QuickPay gagal melakukan usability testing yang cukup. Idealnya, desain baru dites ke sekelompok user dulu buat tahu reaksi dan kebingungan yang muncul.
Selalu sediakan jalur feedback yang mudah diakses user, apalagi saat melakukan major update. Dan pastikan feedback itu benar-benar dianalisis dan ditindaklanjuti.
UX buruk bukan cuma bikin user frustasi—dia bisa ngebunuh produk yang bahkan punya potensi besar. Jangan sampai kerja keras tim kamu sia-sia cuma gara-gara user gak ngerti cara pakai produknya.
Jadi, sebelum kamu redesign, update, atau nambah fitur, selalu tanya: “Apakah ini bener-bener bantu user?”
Kalau kamu pengen produk digital kamu sukses di 2025 dan seterusnya, ingat: UX bukan pelengkap—tapi pondasi.
PT. INSAN MEMBANGUN BANGSA
Jl. Lumbungsari V no 3 Kel. Kalicari, Kec. Pedurungan, Kota Semarang, Kode Pos 50198