Azura Team • 2025-06-09
Azura Labs - Masih sering nggak sih kamu lihat tim engineer di perusahaan pusing tujuh keliling gara-gara setup server baru atau update database? Prosesnya manual, rawan salah ketik, dan kalau ada yang berubah dikit, bingung nyari tahu siapa yang ngubah dan kapan. Rasanya kayak lagi bangun rumah tanpa cetak biru, cuma ngandelin ingatan tukang aja. Nah, di tahun 2025 ini, cara-cara "tradisional" kayak gini udah mulai ditinggalkan. Sekarang, eranya Infrastructure as Code (IaC)! Ini bukan cuma buzzword di dunia teknologi, tapi sebuah revolusi yang bikin manajemen infrastruktur jadi super efisien, terukur, dan bebas drama.
Dulu, infrastruktur (kayak server, database, load balancer, network, dll.) sering dianggap sebagai "hantu" yang cuma bisa diurus sama orang-orang Ops yang jago banget. Konfigurasi tersimpan di kepala, atau paling banter di dokumen yang seringnya nggak update. Kalau ada masalah, nyari tahu penyebabnya bisa makan waktu berjam-jam.
Nah, Infrastructure as Code (IaC) itu mengubah semua itu! Intinya, kita mendefinisikan dan mengelola infrastruktur pakai kode. Iya, beneran kode, yang bisa kita tulis, simpan di version control (kayak Git), di-review, dan dijalankan secara otomatis. Ibaratnya, kamu punya "resep" lengkap dan otomatis untuk membangun seluruh infrastrukturmu.
Kenapa IaC ini penting banget di tahun 2025?
Menurut laporan dari Red Hat Global Tech Outlook 2025, adopsi IaC diproyeksikan akan mencapai 85% di antara organisasi yang menggunakan cloud-native applications, dengan 70% di antaranya menggunakan alat seperti Terraform atau Ansible untuk manajemen infrastruktur multi-cloud. Hal ini menunjukkan bahwa IaC adalah standar industri yang tak terhindarkan.
Konsep IaC itu sebenarnya cukup sederhana: kamu mendeskripsikan kondisi infrastruktur yang kamu inginkan dalam sebuah file kode. Lalu, tool IaC yang akan membaca file itu dan menerjemahkannya menjadi aksi-aksi nyata di cloud provider atau server fisikmu.
Ada dua pendekatan utama dalam IaC :
Ini adalah pendekatan yang paling banyak digunakan. Kamu cuma perlu mendefinisikan kondisi akhir yang kamu inginkan untuk infrastrukturmu. Misalnya, "Saya mau ada satu server dengan spesifikasi X, dan satu database dengan ukuran Y." Tool IaC yang akan mencari tahu langkah-langkah untuk mencapai kondisi itu.
Dengan pendekatan ini, kamu mendefinisikan langkah-langkah spesifik yang harus dilakukan untuk membangun infrastruktur. Mirip kayak bikin script bash biasa, tapi lebih terstruktur.
Di tahun 2025, kombinasi kedua pendekatan ini sering digunakan. Misalnya, pakai Terraform buat provisioning resource di cloud, lalu pakai Ansible buat konfigurasi software di dalam server yang sudah diprovision.
Menerapkan Infrastructure as Code itu bukan cuma bikin engineer senang, tapi juga memberikan dampak bisnis yang signifikan :
Sebuah studi kasus dari IBM (2023, relevan untuk tren 2025) menunjukkan bahwa perusahaan yang berhasil mengimplementasikan IaC mengurangi waktu provisioning infrastruktur dari berhari-hari menjadi hitungan jam, serta mengurangi operational costs terkait manajemen infrastruktur hingga 20%.
Infrastructure as Code (IaC) adalah tulang punggung dari praktik DevOps modern dan sangat penting untuk tim yang ingin bergerak cepat, efisien, dan handal di era cloud-native tahun 2025. Ini bukan lagi pilihan, tapi sebuah kebutuhan. Jadi, kalau kamu belum mulai, sekarang adalah waktu yang tepat untuk menyelam ke dunia IaC dan merasakan sendiri bagaimana kode bisa mengubah cara kita mengelola infrastruktur. Selamat mencoba!
Baca Juga :
PT. INSAN MEMBANGUN BANGSA
Jl. Lumbungsari V no 3 Kel. Kalicari, Kec. Pedurungan, Kota Semarang, Kode Pos 50198