Azura Team • 2025-10-16
Azura Labs - Beberapa tahun terakhir, dunia sempat dibutakan oleh euforia AI, semua berlomba bikin model paling canggih, paling cepat, paling “pintar.” Tapi 2025 jadi tahun wake-up call besar-besaran. Setelah sederet insiden kayak bias AI dalam sistem rekrutmen, kebocoran data pengguna di chatbot populer, dan “AI black box” yang sulit dijelaskan, akhirnya perusahaan mulai sadar: kekuatan AI harus diimbangi dengan tanggung jawab dan transparansi. Dari situ, lahirlah profesi baru yang sekarang lagi naik daun yaitu AI Safety Specialist dan Data Ethics Specialist.
Bisa dibilang, profesi ini lahir dari “krisis eksistensial” dunia AI sendiri. Banyak model AI yang ternyata menimbulkan risiko serius, mulai dari diskriminasi tak disengaja, manipulasi data, sampai penggunaan AI yang nggak etis di dunia kerja dan politik.
Kasus besar seperti sistem rekomendasi yang ternyata bias gender, atau AI generatif yang tanpa izin melatih model pakai data pribadi, bikin publik menuntut akuntabilitas. Akhirnya, perusahaan mulai serius bikin tim AI Governance buat memastikan semua proyek mereka sesuai prinsip keadilan, keamanan, dan privasi.
Jangan salah, profesi ini nggak cuma buat orang yang jago coding. Memang, paham dasar AI dan machine learning itu penting, tapi yang lebih krusial adalah kemampuan berpikir kritis dan etis.
Skill yang sekarang paling dicari antara lain :
Kombinasi antara kemampuan teknis dan empati manusia jadi kunci utama. Orang yang latar belakangnya dari hukum, sosiologi, psikologi, bahkan komunikasi juga mulai banyak dilirik karena mereka bisa bantu melihat sisi etis dan sosial dari AI.
Banyak nama besar udah pasang badan. Google dan Microsoft, misalnya, udah punya AI Ethics Board dan Responsible AI Team sejak 2024, tapi di 2025 skalanya makin besar dan lebih terintegrasi.
Meta bahkan merekrut puluhan AI Governance Specialist buat memastikan sistem generatif mereka nggak memperkuat bias atau misinformasi. Di sisi lain, startup AI di Eropa dan Asia mulai bikin posisi “Chief AI Ethics Officer” jabatan yang dulu terdengar absurd, sekarang justru jadi kebutuhan nyata.
Tren ini pelan tapi pasti mulai terasa di Asia Tenggara. Perusahaan teknologi besar di Singapura, Malaysia, dan Indonesia mulai buka lowongan untuk AI Safety Analyst dan Data Ethics Manager.
Menurut laporan IDC 2025, gaji untuk posisi entry-level di bidang ini berkisar antara USD 60.000–90.000 per tahun, sementara posisi senior bisa tembus USD 150.000 tergantung kompleksitas proyeknya. Di Indonesia sendiri, versi lokalnya mungkin mulai muncul di startup besar atau lembaga pemerintah yang mengelola AI publik.
Bisa banget. Justru banyak orang dari bidang non-teknis yang sekarang mulai pivot ke arah ini. Langkah pertama biasanya belajar dasar-dasar AI ethics framework, data privacy law, dan algorithmic transparency lewat kursus online.
Beberapa platform kayak Coursera dan edX bahkan udah punya sertifikasi khusus untuk AI Governance & Responsible Innovation. Jadi kalau kamu punya minat di teknologi tapi juga peduli soal dampak sosialnya, ini jalur karier yang super relevan.
AI sudah pintar, tapi belum tentu bijak. Profesi seperti AI Safety dan Data Ethics Specialist hadir untuk memastikan kemajuan teknologi tetap berpihak pada manusia. Dunia akhirnya sadar: masa depan AI bukan cuma soal kecepatan dan kecerdasan, tapi juga soal keadilan, keamanan, dan tanggung jawab. Dan siapa tahu, mungkin kamu termasuk generasi pertama yang berperan menjaga arah moral teknologi ini.
Baca Juga :
PT. INSAN MEMBANGUN BANGSA
Jl. Lumbungsari V no 3 Kel. Kalicari, Kec. Pedurungan, Kota Semarang, Kode Pos 50198