Azura Team • 2025-08-20
Hey, kamu desain-desainer kece dan pembaca kreatif! Selamat datang di artikel yang bakal ngebahas soal typography eksperimental — istilah yang lagi hype banget di dunia desain UI aplikasi di tahun 2025. Kita kulik, apa sih sebenarnya, plus ngebahas untung-ruginya kalau dipakai di aplikasi nyata. Yuk!
Sebelumnya, typography eksperimental itu kayak 'ditantang' keluar dari zona nyaman font standar (misal: sans-serif sehari-hari). Kita ngomongin font yang bentuknya nggak biasa, detailnya unik, mungkin dipotong-potong, bereksperimen sama bentuk huruf, spacing, bahkan animasi tipografi. Tren ini makin populer karena:
Typography unik bisa jadi identitas visual yang melekat di kepala user.
Momen onboarding, banner campaign, modal promo—semua ini cocok banget dikasih sentuhan eksperimental.
UI “berani” bikin aplikasi kamu gampang diingat.
Kalau font terlalu nyeleneh, bisa susah dibaca, terutama di ukuran kecil atau di layar low-res. Ini bisa ganggu UX, apalagi kalau user >50 tahun atau berkebutuhan khusus.
Variable fonts besar, animasi huruf—bisa bikin loading UI lebih berat. Perhatikan optimasi kompresi, subsetting, caching.
Eksperimental tipografi di mobile bisa “pecah” tampilannya saat muncul di tablet atau desktop. Harus diuji responsif dengan teliti.
Kalau kamu pakai terlalu “niche”, risknya branding terasa dated di 2026–2027. Jadi, hati-hati memilih gaya yang timeless.
Typography eksperimental itu—jika dipakai dengan strategi yang matang—layak banget jadi senjata branding dan engagement di UI aplikasi nyata. Asal nggak kelewat dipaksakan, ngorbanin kejelasan, atau bikin aksesibilitas ambrol, kamu bisa punya aplikasi yang nggak cuma fungsional tapi juga memukau secara visual.
Main aman dan berani berkreasi? Kamu bisa dapetin UI yang flavorful tapi tetap user-centric. Just remember: “Keren itu bukan soal ekstrem, tapi seberapa cocok, jelas, dan identitas yang kamu bangun.”
PT. INSAN MEMBANGUN BANGSA
Jl. Lumbungsari V no 3 Kel. Kalicari, Kec. Pedurungan, Kota Semarang, Kode Pos 50198