Typography Eksperimental: Apakah Layak Dipakai di UI Aplikasi Nyata?

Azura Team2025-08-20

Hey, kamu desain-desainer kece dan pembaca kreatif! Selamat datang di artikel yang bakal ngebahas soal typography eksperimental — istilah yang lagi hype banget di dunia desain UI aplikasi di tahun 2025. Kita kulik, apa sih sebenarnya, plus ngebahas untung-ruginya kalau dipakai di aplikasi nyata. Yuk!

1. Apa Itu Typography Eksperimental?

Sebelumnya, typography eksperimental itu kayak 'ditantang' keluar dari zona nyaman font standar (misal: sans-serif sehari-hari). Kita ngomongin font yang bentuknya nggak biasa, detailnya unik, mungkin dipotong-potong, bereksperimen sama bentuk huruf, spacing, bahkan animasi tipografi. Tren ini makin populer karena:

  • Teknologi rendering font makin canggih—di 2025, variable font, dynamic typography, dan font animasi udah mainstream.
  • AI-assisted font generation makin pintar bikin huruf yang nggak monoton.
  • User interface makin kaya ekspresi—bukan cuma fungsional, tapi juga punya karakter visual yang berani dan unik.

2. Kenapa Sekarang Banyak yang Kepincut?

  • Estetika yang out-of-the-box: Typography ini bisa jadi signature look. “Brand kita bukan templated, bro—unik!”
  • Engagement meningkat: Percaya nggak, font yang visually arresting itu bikin user stop scrolling sebentar. It’s eye candy.
  • Trend “brutalist-minimalist” masih nge-gas—eksperimen font masuk banget di style yang dikejar banyak brand modern.
  • Kemampuan tool design udah mendukung: Figma, Sketch, Adobe XD udah support variable & animated fonts dengan smooth.

3. Tapi... Apakah Layak Dibawa ke UI Aplikasi Nyata?

Pertimbangan Positif

  1. Branding: “Kita beda!”

    Typography unik bisa jadi identitas visual yang melekat di kepala user.

  2. Highlight konten penting:

    Momen onboarding, banner campaign, modal promo—semua ini cocok banget dikasih sentuhan eksperimental.

  3. Meningkatkan recognition & recall:

    UI “berani” bikin aplikasi kamu gampang diingat.

Tantangan & Risiko

  1. Readability & accessibility

    Kalau font terlalu nyeleneh, bisa susah dibaca, terutama di ukuran kecil atau di layar low-res. Ini bisa ganggu UX, apalagi kalau user >50 tahun atau berkebutuhan khusus.

  2. Performance (loading & rendering)

    Variable fonts besar, animasi huruf—bisa bikin loading UI lebih berat. Perhatikan optimasi kompresi, subsetting, caching.

  3. Konsistensi across screen sizes

    Eksperimental tipografi di mobile bisa “pecah” tampilannya saat muncul di tablet atau desktop. Harus diuji responsif dengan teliti.

  4. Trend yang kadaluarsa cepat

    Kalau kamu pakai terlalu “niche”, risknya branding terasa dated di 2026–2027. Jadi, hati-hati memilih gaya yang timeless.

4. Tips Pakai Typography Eksperimental yang Smart

5. Kesimpulan: Worth It—Kalau Modalnya Tepat

Typography eksperimental itu—jika dipakai dengan strategi yang matang—layak banget jadi senjata branding dan engagement di UI aplikasi nyata. Asal nggak kelewat dipaksakan, ngorbanin kejelasan, atau bikin aksesibilitas ambrol, kamu bisa punya aplikasi yang nggak cuma fungsional tapi juga memukau secara visual.

Main aman dan berani berkreasi? Kamu bisa dapetin UI yang flavorful tapi tetap user-centric. Just remember: “Keren itu bukan soal ekstrem, tapi seberapa cocok, jelas, dan identitas yang kamu bangun.”


See More Posts

background

Typography Eksperimental: Apakah Layak Dipakai di UI Aplikasi Nyata?

background

Desain Grafis Retro-Futurism: Kenapa Visual Tahun 80an Kembali Tren di UI?

background

Membongkar Visual Branding Netflix, Spotify & Tokopedia dari Sudut Pandang Desain

Show more