Membangun Sistem yang Tangguh dengan Pattern Retry dan Circuit Breaker

Azura Team2025-08-22

Azura Labs - Bayangin lagi asik scroll-shop online, mau checkout barang incaran tiba-tiba aplikasinya ngehang, turn error “Payment Gateway Not Responding”. Kesel, kan? Nah, bayangin juga jadi developer yang harus ngadepin ratusan complaint karena kejadian kaya gini. Di tahun 2025, dimana ketergantungan kita pada cloud dan microservice makin tinggi, masalah jaringan dan service yang temporer down adalah hal yang hampir nggak bisa dihindari. Tapi, itu bukan alasan buat sistem kita jadi ikut-ikut down.

Di sinilah dua superhero dalam dunia arsitektur software datang buat nyelamatin kita : Pattern Retry dan Circuit Breaker. Keduanya punya tujuan yang sama: bikin sistem kita lebih tahan banting (resilient) dan memberikan pengalaman yang lebih smooth ke user.

Pattern Retry

Sederhananya, pattern Retry itu kayak temen yang maksa banget buat nelpon kamu sampai kamu angkat teleponnya. Jadi, ketika sebuah service gagal manggil service lain (misalnya, service payment gagal connect ke bank), sistem nggak langsung nyerah dan kasih error. Dia akan mencoba lagi (retry) beberapa kali dengan jeda waktu tertentu.

Tapi, hati-hati! Retry yang sembarangan bisa bikin malapetaka. Bayangin kalo semua request langsung di-retry berkali-kali secara membabi buta. Service yang lagi sakit bisa-bisa makin stres dan malah kolaps total. Makanya, strategi retry yang baik biasanya pake exponential backoff. Misalnya, retry pertama dilakukan setelah 2 detik, lalu 4 detik, lalu 8 detik, dan seterusnya. Ini memberi “waktu napas” buat service yang lagi bermasalah. Di 2025, library-libary modern sudah menyediakan mekanisme ini dengan sangat matang, sehingga kita nggak perlu coding dari nol.

Circuit Breaker

Kalo Pattern Retry itu gigih, Circuit Breaker itu bijak. Dia kayak sekring listrik di rumah kita. Kalo kebanyakan beban dan listrik jadi konslet, sekring nya akan trip (putus) buat sementara waktu demi mencegah kebakaran.

Dalam konteks software, Circuit Breaker akan memantau jumlah kegagalan yang terjadi ketika memanggil service eksternal. Kalo kegagalannya sudah mencapai batas tertentu, dia akan “membuka” (open) sirkuitnya. Begitu sirkuit terbuka, semua request yang mencoba mengakses service yang bermasalah itu akan langsung ditolak/dilempar ke fallback mechanism tanpa harus nunggu timeout. Ini namanya fail-fast.

Dalam state “open” ini, sistem memberi waktu bagi service yang down untuk recovery. Setelah waktu tertentu, Circuit Breaker akan masuk state “half-open” dan mencoba mengizinkan sedikit request untuk lewat. Kalo request ini berhasil, sirkuit ditutup kembali (closed). Kalo gagal, sirkuit terbuka lagi. Pattern ini sangat powerful untuk mencegah cascading failure, dimana kegagalan satu service merembet dan menjatuhkan seluruh aplikasi.

Kombinasi Keduanya untuk Kekuatan Maksimal

Di arsitektur modern 2025, kedua pattern ini nggak dipakai sendiri-sendiri. Tapi, mereka digabungkan dengan apik. Retry digunakan untuk menangani error yang bersifat sementara (transient error), seperti timeout atau network glitch. Tapi, ketika Circuit Breaker sudah mendeteksi bahwa service tujuan benar-benar down dan masuk state “open”, maka mekanisme Retry akan di-stop untuk sementara. Ini efisien banget karena nggak buang-buang resource buat mencoba sesuatu yang kita tahu pasti akan gagal.

Implementasinya di 2025

Sekarang, nggak perlu ribet bikin pattern ini manual. Banyak tools dan library keren yang sudah handle ini, seperti :

  • Spring Boot (Java) : Pake Spring Retry dan Resilience4j.
  • .NET : Punya Polly, sebuah library resilience and transient-fault-handling yang sangat powerful.
  • Node.js : Library seperti async-retry dan opossum siap pakai.
  • Service Mesh (Istio/Linkerd) : Ini yang paling mutakhir. Kita bisa implementasikan Retry dan Circuit Breaker langsung di level infrastruktur tanpa harus ubah kode aplikasi sama sekali! Tinggal setel konfigurasinya.

Jadi, buat kamu para developer dan architect, mempelajari dan menerapkan Retry dan Circuit Breaker bukan lagi sekedar “nice-to-have”, tapi sudah menjadi keharusan buat membangun sistem enterprise yang benar-benar tangguh dan reliable di tahun 2025. Dengan begini, user bisa tetap happy dan bisnis pun bisa jalan terus tanpa gangguan yang berarti. Let’s build resilient systems.

Baca Juga :


See More Posts

background

Konsep Data Mesh : Mendesentralisasikan Kepemilikan Data dalam Organisasi Besar

background

Memahami Arsitektur API Modern seperti gRPC, GraphQL, dan tRPC

background

Membangun Sistem yang Tangguh dengan Pattern Retry dan Circuit Breaker

Show more