Azura Team • 2025-06-23
Azura Labs - Buat kamu para pengambil keputusan di perusahaan, manajer IT, atau siapa pun yang bertanggung jawab atas data penting, coba deh bayangkan skenario terburuk ini: Tiba-tiba server mati total karena gangguan listrik masif, atau data perusahaan kena serangan ransomware yang bikin semua sistem terkunci. Panik, kan? Apalagi di tahun 2025 ini, di mana hampir semua operasional bisnis kita sudah ada di ranah digital. Kehilangan data atau downtime yang lama itu bisa berarti kerugian finansial yang besar, reputasi hancur, bahkan kehilangan kepercayaan pelanggan.
Dulu, strategi backup dan Disaster Recovery (DR) itu identik dengan ruang server yang penuh tape drive, tumpukan hard drive, atau data center cadangan yang makan biaya besar. Sekarang, di era cloud, segalanya jadi lebih canggih, fleksibel, dan jauh lebih efisien. Tapi, jangan salah kaprah. Bukan berarti data di cloud itu otomatis aman 100% tanpa perlu diurus. Justru, kamu harus punya strategi yang matang. Yuk, kita bedah tuntas gimana caranya bikin strategi backup dan disaster recovery yang efektif di cloud!
Di masa lalu, konsep DR itu memang mahal dan ribet. Kamu harus punya infrastruktur ganda di lokasi berbeda, tim yang siaga 24/7, dan proses manual yang rawan kesalahan. Nah, cloud mengubah segalanya:
Oke, sekarang ke praktik nyatanya. Ini beberapa strategi yang bisa kamu terapkan:
Ini adalah titik awal yang paling penting.
Ini prinsip dasar backup yang tetap relevan di era cloud :
Cloud provider besar seperti AWS, Azure, dan Google Cloud punya fitur backup dan snapshot bawaan yang powerful.
Untuk mencapai RPO dan RTO yang rendah, replikasi data secara real-time atau near-real-time ke region atau availability zone lain itu krusial. Artinya, data kamu punya salinan langsung di lokasi fisik yang berbeda.
Ini adalah solusi cloud yang populer di 2025. Dengan DRaaS, kamu bisa mereplikasi seluruh lingkungan IT (server, aplikasi, data) ke cloud provider ketiga. Kalau ada bencana, kamu tinggal "menyalakan" lingkungan cadangan ini di cloud. Contoh penyedia DRaaS populer antara lain VMware Cloud Disaster Recovery, Zerto, atau bahkan layanan DRaaS dari public cloud provider itu sendiri. DRaaS menawarkan pemulihan yang cepat dengan biaya yang lebih terkontrol.
Manual failover itu rawan kesalahan dan lambat. Manfaatkan tool otomatisasi dan orkestrasi yang bisa:
Ini paling penting tapi sering dilupakan! Rencana DR yang bagus itu harus diuji secara berkala. Simulasikan bencana, lihat apakah semua proses berjalan lancar, apakah RTO dan RPO tercapai. Sebuah survei dari Veeam Data Protection Report 2024 menunjukkan bahwa 74% perusahaan mengalami setidaknya satu kegagalan backup atau recovery dalam 12 bulan terakhir. Hal ini menekankan pentingnya pengujian rutin untuk memastikan strategi DR benar-benar berfungsi saat dibutuhkan.
Di era cloud yang makin canggih di tahun 2025 ini, alasan "ribet" atau "mahal" untuk tidak punya strategi backup dan disaster recovery yang matang sudah tidak relevan lagi. Potensi kerugian akibat kehilangan data atau downtime jauh lebih besar daripada investasi untuk DR di cloud. Jadi, jangan tunggu sampai nasi jadi bubur. Mulailah rencanakan dan implementasikan strategi backup serta disaster recovery yang robust. Dengan begitu, kamu bisa tidur lebih nyenyak dan bisnis tetap berjalan lancar, apapun yang terjadi!
Baca Juga :
PT. INSAN MEMBANGUN BANGSA
Jl. Lumbungsari V no 3 Kel. Kalicari, Kec. Pedurungan, Kota Semarang, Kode Pos 50198