Azura Team • 2025-04-21
Azura Labs, Semarang - Di era digital yang semakin terhubung, keamanan data menjadi hal yang sangat krusial. Saat ini, hampir semua komunikasi online—mulai dari pesan WhatsApp, transaksi perbankan, hingga sistem pertahanan negara—mengandalkan enkripsi. Namun, munculnya komputasi kuantum menimbulkan pertanyaan besar: apakah teknologi ini akan membuat sistem enkripsi yang ada saat ini menjadi usang dan tidak berguna?
Mari kita bahas dengan bahasa yang mudah dipahami.
Komputasi kuantum adalah teknologi komputasi generasi baru yang menggunakan prinsip mekanika kuantum untuk memproses informasi. Berbeda dari komputer konvensional yang menggunakan bit (0 dan 1), komputer kuantum menggunakan qubit yang bisa berada di antara 0 dan 1 secara bersamaan. Ini membuat komputer kuantum memiliki potensi kekuatan komputasi yang luar biasa besar.
Pada tahun 2025, kemajuan di bidang ini terus meningkat pesat. Perusahaan seperti IBM, Google, dan startup seperti IonQ dan Rigetti telah memperkenalkan prototipe komputer kuantum dengan puluhan hingga ratusan qubit. Bahkan, beberapa algoritma kuantum kini mulai diuji dalam lingkungan nyata.
Beberapa bentuk enkripsi publik seperti RSA, ECC (Elliptic Curve Cryptography), dan DSA—yang saat ini digunakan secara luas—didasarkan pada kesulitan matematis tertentu, seperti faktorisasi bilangan besar dan logaritma diskret. Ini adalah masalah yang sangat sulit dipecahkan oleh komputer klasik, tetapi komputer kuantum dapat menanganinya jauh lebih cepat dengan algoritma seperti Shor’s Algorithm.
Implikasinya? Bila komputer kuantum yang cukup kuat tersedia, kunci enkripsi yang digunakan saat ini bisa diretas dalam hitungan jam, menit, bahkan detik.
Namun, perlu dicatat bahwa sampai April 2025, belum ada komputer kuantum yang mampu menjalankan Shor’s Algorithm secara efisien pada skala yang mengancam sistem kriptografi saat ini. Meski begitu, ancaman tersebut nyata dan hanya masalah waktu.
Jawabannya adalah: kriptografi post-kuantum (Post-Quantum Cryptography atau PQC).
Organisasi seperti NIST (National Institute of Standards and Technology) telah memimpin upaya untuk mengembangkan standar kriptografi baru yang tahan terhadap serangan kuantum. Beberapa algoritma seperti CRYSTALS-Kyber dan Dilithium telah masuk tahap finalisasi dan mulai diimplementasikan oleh berbagai perusahaan teknologi.
Perusahaan besar seperti Google, Microsoft, dan Cloudflare bahkan telah menguji algoritma PQC ini di sistem mereka. Hal ini menunjukkan bahwa transisi ke era pasca-kuantum sedang berlangsung, walaupun belum sepenuhnya matang.
Tidak untuk saat ini, tetapi dalam jangka menengah—mungkin.
Komputasi kuantum belum cukup kuat untuk membobol enkripsi modern saat ini, tapi arah perkembangannya mengindikasikan bahwa waktunya akan datang. Oleh karena itu, penting bagi institusi, perusahaan, dan bahkan pengguna individu untuk mulai melek terhadap ancaman ini dan mempersiapkan transisi ke sistem yang tahan terhadap kuantum.
Komputasi kuantum bukan hanya hype—ini adalah masa depan. Dan seperti semua teknologi besar, ia membawa peluang sekaligus tantangan. Enkripsi yang kita gunakan hari ini memang masih aman, tetapi masa depan mengharuskan kita untuk berubah.
Apakah enkripsi saat ini akan tidak berguna? Belum. Tapi jika kita tidak mulai mempersiapkan diri dari sekarang, maka kita mungkin akan kewalahan saat teknologi kuantum benar-benar mencapai potensinya.
PT. INSAN MEMBANGUN BANGSA
Jl. Lumbungsari V no 3 Kel. Kalicari, Kec. Pedurungan, Kota Semarang, Kode Pos 50198