Cara Melakukan Threat Modeling untuk Proyek Software Anda

Azura Team2025-08-26

Kenapa Threat Modeling Penting di 2025?

Di era digital sekarang, serangan siber bukan cuma menyasar perusahaan besar, tapi juga startup, bisnis kecil, bahkan aplikasi side-project yang masih tahap MVP. Dengan makin masifnya penggunaan cloud-native apps, AI integration, dan microservices, permukaan serangan (attack surface) jadi semakin luas.

Di sinilah threat modeling berperan: membantu tim developer memahami potensi ancaman, menilai dampaknya, dan menentukan mitigasi sebelum kode sampai ke production. Jadi, bukan hanya sekadar checklist compliance, tapi bagian dari strategi secure by design.

Apa Itu Threat Modeling?

Secara sederhana, threat modeling adalah proses mengidentifikasi, menganalisis, dan mengatasi potensi ancaman keamanan dalam sebuah sistem. Tujuannya agar aplikasi lebih siap menghadapi serangan sejak tahap desain, bukan setelah terjadi kebocoran data.

Di tahun 2025, pendekatan ini semakin relevan karena perusahaan dituntut tidak hanya move fast, tapi juga move securely.

Langkah-Langkah Melakukan Threat Modeling

1. Tentukan Scope dan Tujuan

Mulai dengan menjawab pertanyaan sederhana:

  • Apa yang ingin dilindungi? (data user, API, transaksi, dsb.)
  • Siapa yang bisa jadi attacker?
  • Bagaimana risiko keamanan bisa memengaruhi bisnis?

Jangan terlalu luas, cukup fokus ke komponen inti dulu.

2. Buat Arsitektur Sistem

Visualisasi sistem adalah fondasi threat modeling. Gambarkan:

  • Komponen utama (database, API, frontend, third-party services)
  • Alur data (data masuk, diproses, disimpan, keluar)
  • Boundary (apa yang internal, apa yang public)

Tools populer di 2025:

  • OWASP Threat Dragon (open-source, ringan)
  • Microsoft Threat Modeling Tool
  • IriusRisk (untuk enterprise, ada integrasi CI/CD)

3. Identifikasi Potensi Ancaman

Gunakan framework yang sudah terbukti, misalnya:

  • STRIDE (Spoofing, Tampering, Repudiation, Information Disclosure, Denial of Service, Elevation of Privilege)
  • MITRE ATT&CK (mapping ancaman ke teknik nyata yang dipakai hacker)

Contoh:

  • API publik → risiko information disclosure
  • Database tanpa enkripsi → risiko data breach
  • Login tanpa MFA → risiko credential stuffing

4. Analisis Risiko

Tidak semua ancaman punya level urgensi yang sama. Kategorikan dengan likelihood vs impact:

  • Tinggi → harus diatasi segera
  • Sedang → masuk backlog security
  • Rendah → dicatat, bisa ditangani belakangan

Beberapa tim pakai DREAD model (Damage, Reproducibility, Exploitability, Affected Users, Discoverability) untuk scoring.

5. Rancang Mitigasi

Untuk setiap ancaman prioritas tinggi, siapkan strategi mitigasi. Contoh:

  • Tambahkan rate limiting di API → cegah brute-force
  • Terapkan enkripsi AES-256 untuk data sensitif → cegah data leak
  • Gunakan Zero Trust Authentication → minimalkan spoofing

6. Review & Iterasi

Threat modeling bukan pekerjaan sekali jadi. Setiap ada perubahan besar (fitur baru, integrasi pihak ketiga, migrasi cloud), lakukan ulang. Integrasikan juga dengan pipeline DevSecOps agar otomatisasi jalan sejak awal.

Best Practice Threat Modeling di 2025

  • Libatkan semua tim: bukan cuma security engineer, tapi juga developer, QA, bahkan product manager.
  • Automasi sebisa mungkin: integrasi dengan CI/CD, gunakan scanner otomatis.
  • Update pengetahuan: ikuti tren serangan terbaru via OWASP Top 10 2025 atau laporan tahunan dari perusahaan security.
  • Simpan dokumentasi: jangan cuma brainstorming lalu hilang. Pastikan ada catatan yang bisa diakses tim.

Threat modeling bukan sekadar formalitas, tapi investasi jangka panjang untuk keamanan software Anda. Dengan melakukannya sejak tahap desain, Anda bisa mengurangi risiko kebocoran data, menghemat biaya perbaikan, dan membangun kepercayaan pengguna.

Di tahun 2025, di mana serangan semakin canggih, tim yang proaktif melakukan threat modeling akan selalu selangkah lebih maju dibanding attacker.


See More Posts

background

Cara Melakukan Threat Modeling untuk Proyek Software Anda

background

CTF (Capture The Flag): Cara Praktis Latihan Security Testing Bagi Pemula

background

Penetration Testing untuk Startup: Efektifkah dengan Budget Terbatas?

Show more