Cara Menyusun Laporan Hasil Security Testing yang Jelas dan Melekat di Kepala Manajemen

Azura Team2025-07-29

Laporan Teknis Tak Harus Bikin Pusing

Security testing makin krusial di tahun 2025. Ancaman siber bukan lagi hal yang hanya diurus tim IT—manajemen pun harus ikut memahami risikonya. Tapi masalahnya, laporan hasil security testing sering kali "nyangkut" di ranah teknis dan gagal menyampaikan urgensi kepada stakeholder non-teknis.

Nah, artikel ini akan bantu kamu menyusun laporan security testing yang tidak hanya jelas secara teknis, tapi juga melekat di kepala manajemen. Tujuannya? Supaya rekomendasi kamu didengar dan dianggarkan.

1. Kenali Audiens: Jangan Cuma Bicara ke Sesama Pentester

Sebelum mulai nulis laporan, tanya dulu: siapa yang akan baca?

  • Manajemen (C-level): Mereka butuh ringkasan risiko, potensi kerugian bisnis, dan solusi yang masuk akal secara cost.
  • Tim IT internal: Mereka lebih siap terima detail teknis.
  • Divisi compliance/legal: Mereka fokus pada aspek kepatuhan dan regulasi.
💡 Tip: Sertakan ringkasan eksekutif yang ditulis dengan bahasa non-teknis untuk pembaca manajerial.

2. Struktur Laporan yang Ideal di Tahun 2025

Berikut format yang makin umum digunakan dan disukai perusahaan-perusahaan modern:

🔹 Executive Summary

Paragraf singkat berisi:

  • Tujuan testing
  • Ringkasan temuan kritikal
  • Implikasi bisnis
  • Rekomendasi prioritas tinggi

🔹 Scope dan Metodologi

  • Sistem/fitur yang diuji
  • Jenis pengujian (Black-box, Gray-box, White-box)
  • Tools yang digunakan (misalnya Burp Suite, Nessus, OWASP ZAP, dll)

🔹 Hasil Temuan

Buat tabel atau list pertemuan:

  • Nama Vulnerability (misal: SQL Injection)
  • Severity (gunakan standar seperti CVSS)
  • Evidensi (screenshot, payload, atau log)
  • Dampak Bisnis
  • Rekomendasi Fix
🧠 Jangan cuma tulis: “terdapat XSS di halaman login.” Ubah jadi: “Serangan XSS memungkinkan pencurian sesi user, berpotensi merusak reputasi dan kepercayaan pengguna.”

🔹 Risiko dan Prioritas

Gunakan pendekatan Risk Matrix (Impact vs Likelihood) atau Traffic Light Protocol agar visual dan mudah dipahami.

🔹 Rekomendasi Strategis

  • Quick wins: hal yang bisa diperbaiki segera
  • Rekomendasi jangka panjang: policy, pelatihan, refactor kode

3. Gunakan Visualisasi: Biar Nempel di Kepala

Tahun 2025 ini, presentasi data visual makin penting. Kamu bisa pakai:

  • Diagram attack path
  • Heatmap risiko
  • Grafik tren keamanan (jika ini audit rutin)
  • Mockup before-after (untuk tunjukin perbedaan setelah mitigasi)
📊 Tools seperti Lucidchart, Draw.io, atau bahkan PowerPoint bisa bantu kamu bikin visual yang powerful.

4. Fokus pada Dampak Bisnis, Bukan Hanya CVE

Manajemen nggak terlalu peduli apakah CVE-2023-XXXX ditemukan. Mereka peduli:

  • Apakah pelanggan bisa kehilangan data?
  • Apakah akan terkena denda GDPR?
  • Berapa potensi kerugian kalau exploit terjadi?

Ubah bahasa teknis menjadi cerita dampak nyata.

5. Akhiri dengan Call-to-Action

Laporan tanpa aksi itu seperti alarm tanpa respons. Tutup laporan dengan:

  • Daftar rekomendasi yang diprioritaskan
  • Estimasi waktu dan resource untuk perbaikan
  • Ajakan follow-up meeting untuk diskusi mitigasi

6. Jangan Lupa Tambahkan Glosarium

Masih banyak eksekutif yang nggak familiar dengan istilah seperti “RCE”, “PrivEsc”, atau “CORS Misconfiguration”. Tambahkan glosarium singkat agar laporan tetap mudah dimengerti siapa pun.


Laporan yang Menggerakkan Aksi

Di era keamanan digital yang serba cepat ini, laporan security testing nggak bisa lagi “asal lengkap”. Harus bisa mengkomunikasikan risiko secara efektif, membangun urgensi, dan mendorong tindakan nyata.

Dengan pendekatan yang tepat, laporanmu bukan cuma dibaca—tapi benar-benar direspons.


See More Posts

background

Cara Menyusun Laporan Hasil Security Testing yang Jelas dan Melekat di Kepala Manajemen

background

Social Engineering dalam Security Testing: Batas Etika dan Hukum

background

Perbandingan Tool DAST vs SAST: Mana yang Lebih Efektif di Tahun 2025?

Show more