Azura Team • 2025-09-08
Kalau kita flashback beberapa tahun ke belakang, Docker dan Kubernetes udah jadi "primadona" dalam dunia DevOps. Fast forward ke 2025, keduanya masih jadi tulang punggung deployment aplikasi modern. Tapi, popularitas ini juga bikin mereka jadi incaran hacker.
Serangan supply chain, eksploitasi API Kubernetes, sampai kebocoran container registry makin sering terjadi. Bahkan menurut laporan terbaru Cloud Native Computing Foundation (CNCF) 2025, lebih dari 60% perusahaan yang pakai Kubernetes pernah ngalamin insiden security terkait container. Artinya? Container security bukan lagi "opsional", tapi keharusan.
Sebelum bahas cara proteksi, yuk kenali dulu ancamannya:
Banyak developer asal pull image dari Docker Hub tanpa cek reputasi. Padahal, image bisa aja udah disusupi malware.
Salah setting RBAC (Role-Based Access Control) di Kubernetes bisa bikin cluster kebobolan.
API keys, password, atau token yang nyangkut di image/container bisa jadi jalan masuk hacker.
Container bisa dieksploitasi pas lagi jalan, misalnya dengan privilege escalation.
Pakai vulnerability scanner seperti:
Di 2025, banyak platform CI/CD udah support automated image scanning, jadi nggak ada alasan buat skip step ini.
Container itu bikin hidup developer lebih gampang, tapi kalau nggak aman, bisa jadi bumerang. Docker dan Kubernetes di 2025 perlu diperlakukan dengan pendekatan security yang serius: mulai dari image scanning, RBAC yang ketat, sampai runtime monitoring.
Jadi, kalau kamu mau aplikasi tetap jalan mulus tanpa drama breach, container security harus jadi prioritas utama dalam pipeline DevOps kamu.
PT. INSAN MEMBANGUN BANGSA
Jl. Lumbungsari V no 3 Kel. Kalicari, Kec. Pedurungan, Kota Semarang, Kode Pos 50198