Azura Team • 2025-09-02
Dunia teknologi terus bergerak cepat, dan salah satu bidang yang paling banyak menyita perhatian sejak 2021 hingga sekarang adalah Web3 serta aplikasi berbasis blockchain. Tahun 2025, ekosistem ini semakin matang, mulai dari decentralized finance (DeFi), NFT, hingga decentralized applications (dApps) yang digunakan secara massal.
Namun, semakin besar adopsi, semakin tinggi juga risiko keamanan. Kasus pencurian aset digital, eksploitasi smart contract, hingga social engineering di komunitas kripto masih terjadi. Di sinilah security testing memainkan peran vital, tapi dengan tantangan yang berbeda dibanding aplikasi tradisional.
Jika di aplikasi web biasa kita bicara soal SQL injection atau XSS, maka di Web3 masalahnya bisa jauh lebih rumit. Beberapa poin yang membedakan adalah:
Begitu smart contract di-deploy ke blockchain, hampir tidak bisa diubah. Artinya, bug kecil bisa berdampak fatal dan permanen. Testing sebelum deploy benar-benar harus ketat.
Web3 bukan hanya soal kode, tapi juga ekonomi. Banyak serangan terjadi bukan karena bug teknis, tapi karena eksploitasi celah dalam mekanisme keuangan (misalnya flash loan attack).
Smart contract biasanya open source, sehingga peretas punya akses penuh untuk menganalisis celah yang ada.
Tidak ada “admin panel” yang bisa langsung menutup aplikasi. Kalau ada bug, dampaknya langsung menyebar ke seluruh jaringan.
Proses ini sudah menjadi standar, tapi di 2025 auditor dituntut untuk menggunakan AI-powered analysis tools agar bisa menemukan pola bug lebih cepat. Manual review tetap penting, tapi kombinasi dengan automation jadi kunci.
Fuzzing untuk smart contract (misalnya di Ethereum atau Solana) makin populer. Teknik ini membantu menguji input acak untuk menemukan kondisi edge case yang berbahaya.
Banyak aplikasi sekarang pakai solusi Layer-2 atau cross-chain bridge. Masalahnya, ini justru membuka permukaan serangan baru yang sangat kompleks. Beberapa exploit besar di 2024 berasal dari sektor ini.
Pengujian keamanan tidak hanya fokus pada smart contract, tapi juga wallet, browser extension, hingga integrasi API dengan dApp.
Bukan cuma “aplikasi ini bisa dibobol atau tidak”, tapi juga “apakah attacker bisa mendapatkan keuntungan ekonomi dari bug ini?”. Threat modeling di Web3 harus menggabungkan aspek teknis + ekonomi.
Security testing dalam Web3 dan aplikasi blockchain di tahun 2025 bukan lagi sekadar formalitas, tapi kebutuhan mendesak. Dengan nilai aset digital yang mencapai miliaran dolar, satu bug kecil bisa merugikan ribuan orang. Tantangannya memang berbeda dan lebih kompleks, tapi dengan pendekatan baru—mulai dari AI-driven audit, threat modeling ekonomi, hingga bug bounty global—kita bisa membangun ekosistem Web3 yang lebih aman dan terpercaya.
Blockchain mungkin membawa kita ke era internet yang lebih terbuka dan adil, tapi tanpa keamanan, semua itu bisa runtuh dalam sekejap. Jadi, security testing harus menjadi pondasi utama setiap proyek Web3.
PT. INSAN MEMBANGUN BANGSA
Jl. Lumbungsari V no 3 Kel. Kalicari, Kec. Pedurungan, Kota Semarang, Kode Pos 50198