Menurut Laporan WEF 20225 AI Bisa Ancam 4 Dari 10 Pekerjaan, Apakah Kamu Siap?

Azura Team2025-10-24

Azura Labs - Bayangkan kamu baru saja memulai hari kerja, lalu membaca berita bahwa hampir setengah perusahaan di dunia berencana mengurangi tenaga kerja karena otomatisasi dan AI. Kedengarannya seperti naskah film distopia, tapi nyatanya, inilah hasil survei terbaru World Economic Forum (WEF) 2025.

Dalam laporannya, 41% perusahaan global mengaku memprediksi bahwa AI akan mengurangi kebutuhan tenaga kerja manusia dalam lima tahun ke depan. Dan yang paling menarik atau menegangkan adalah banyak di antara mereka sudah mulai merancang strategi untuk menggantikan pekerjaan rutin dengan sistem otomatis dan model AI.

Apa yang Ditemukan WEF?

Menurut laporan “Future of Jobs 2025”, sebagian besar perusahaan menyebut AI dan otomatisasi sebagai faktor utama perubahan struktur tenaga kerja.

Beberapa angka penting dari laporan itu :

  • 41% perusahaan berencana mengurangi tenaga kerja karena otomatisasi.
  • 77% perusahaan justru berencana melakukan reskilling besar-besaran bagi karyawannya.
  • Pekerjaan yang paling berisiko: data entry, administrasi, asisten hukum, dan customer support.

Sementara itu, profesi yang naik daun justru datang dari sisi teknologi: engineer AI, data scientist, cybersecurity analyst, dan AI ethicist.

Kenapa AI Jadi “Tersangka Utama”?

AI awalnya dianggap sebagai alat bantu produktivitas, tapi kini ia sudah menjadi decision maker dalam banyak bisnis. Dari sistem rekrutmen, rekomendasi produk, hingga chatbot layanan pelanggan semuanya mulai diambil alih algoritma.

Alasannya sederhana : efisiensi.

AI tidak butuh jam istirahat, tidak lembur, dan bisa bekerja 24 jam tanpa kehilangan fokus. Jadi, untuk banyak perusahaan, otomatisasi jadi solusi ideal di tengah biaya operasional yang terus naik.

Namun, di sisi lain, banyak pihak khawatir bahwa perusahaan terlalu cepat “berinvestasi” pada AI tanpa strategi transisi yang matang untuk karyawan manusia.

Dampaknya untuk Profesional Teknologi

Kalau kamu bekerja di dunia teknologi, kabar ini punya dua sisi. Di satu sisi, permintaan untuk pekerjaan berbasis AI melonjak pesat. Di sisi lain, skill teknis “lama” seperti basic coding atau admin sistem bisa cepat tergantikan oleh automation tools.

Artinya?

Skill adaptif dan kemampuan bekerja bersama AI akan jadi pembeda utama. Bukan cuma bisa ngoding, tapi paham bagaimana AI berpikir, menganalisis, dan berkolaborasi dalam workflow bisnis.

Kabar baiknya, perusahaan mulai menyadari pentingnya reskilling program. Banyak yang menggandeng lembaga pelatihan teknologi untuk membantu karyawan beradaptasi dari belajar prompt engineering, data governance, hingga AI ethics.

Lalu, Harus Bagaimana?

Daripada takut “digantikan mesin”, lebih baik bersiap untuk bekerja bareng mesin. Beberapa hal yang bisa kamu mulai dari sekarang :

  1. Tingkatkan literasi AI. Pahami cara kerja dan batasannya.
  2. Fokus pada skill manusiawi. Kreativitas, komunikasi, dan empati masih sulit ditiru mesin.
  3. Ikut pelatihan reskilling. Banyak perusahaan kini membuka akses gratis untuk kursus AI dasar.
  4. Bangun personal brand di bidang teknologi. Karena ke depan, yang dicari bukan hanya karyawan, tapi kolaborator AI yang bisa berpikir strategis.

AI mungkin akan menggantikan banyak peran, tapi juga menciptakan jutaan peluang baru — terutama bagi mereka yang siap beradaptasi. Jadi, ketika 4 dari 10 pekerjaan terancam, mungkin satu di antaranya bisa jadi kesempatan baru untuk kamu yang ingin naik level di dunia kerja berbasis teknologi.

Baca Juga :


See More Posts

background

Tips Membuat CV untuk Posisi Assistant

background

Kunci Sukses Berkarir di Era Digital yang Cepat Berubah

background

How AI Overcomes Bias in Recruitment

Show more