Azura Team • 2025-08-27
Kalau ngomongin tren desain, pasti selalu ada kubu A dan kubu B. Nah, di 2025 ini, salah satu perdebatan paling sering muncul di dunia kreatif adalah: desain minimalis vs desain maximalis. Dua-duanya punya vibe yang kuat, tapi beda arah banget. Pertanyaannya: mana sih yang lebih efektif buat zaman sekarang?
Minimalis udah jadi andalan brand global sejak lama. Prinsipnya jelas: less is more. Desain ini mengandalkan ruang kosong (white space), tipografi simple, dan warna terbatas.
Di 2025, minimalis masih banyak dipakai, terutama di UI/UX aplikasi, karena bikin pengguna fokus dan nggak gampang terdistraksi. Contoh gampang? Aplikasi produktivitas atau fintech masih setia pakai minimalis biar navigasinya gampang dan nggak ribet.
Tapi, beberapa desainer mulai bilang kalau minimalis kadang terlalu "kering" buat branding. Karena di era konten serba cepat (TikTok, Instagram Reels, YouTube Shorts), desain yang terlalu sederhana sering kelewat begitu aja tanpa meninggalkan kesan.
Sebaliknya, maximalis datang sebagai antitesis minimalis. Di sini, aturan "lebih banyak, lebih rame, lebih fun" justru jadi kekuatan. Penuh warna kontras, ilustrasi unik, sampai tipografi tabrak-tabrakan.
Tahun 2025 ini, maximalis makin sering dipakai buat campaign digital, musik, fashion, sampai event kreatif. Tujuannya jelas: mencuri perhatian di tengah banjir konten.
Contoh brand yang sukses dengan gaya maximalis adalah brand fashion streetwear dan beberapa startup entertainment. Desainnya chaotic tapi memorable, bikin orang langsung inget vibes-nya.
Jawabannya: tergantung konteks.
Menariknya, sekarang banyak desainer nyampurin keduanya: minimalis buat struktur utama, maximalis buat aksen visual. Jadi nggak terlalu plain tapi juga nggak keblabasan rame.
Di 2025, orang makin pintar ngefilter konten. Desain yang flat-flat aja gampang dilupakan, tapi desain yang terlalu rame juga bisa bikin pusing. Makanya, hybrid style alias kombinasi minimalis + maximalis mulai naik daun.
Contohnya: UI aplikasi tetap clean dan minimalis, tapi kampanye marketing atau social media pakai gaya maximalis biar lebih engaging. Dengan begitu, brand bisa efektif di dua dunia: fungsional dan emosional.
Minimalis atau maximalis? Dua-duanya masih relevan, tapi efektivitasnya tergantung siapa target audiens lo dan apa tujuan desainnya. Di 2025, tren justru condong ke kolaborasi dua gaya ini, bukan lagi saling meniadakan. Jadi, kalau lo desainer atau brand strategist, mungkin sekarang saatnya lebih fleksibel—nggak harus jadi #TeamMinimalis atau #TeamMaximalis, tapi bisa main di area abu-abu yang justru bikin desain makin powerful.
PT. INSAN MEMBANGUN BANGSA
Jl. Lumbungsari V no 3 Kel. Kalicari, Kec. Pedurungan, Kota Semarang, Kode Pos 50198