Memahami Arsitektur API Modern seperti gRPC, GraphQL, dan tRPC

Azura Team2025-08-25

Azura Labs - Jika selama ini REST API adalah jurus andalan untuk menghubungkan aplikasi, kini sudah jamannya punya lebih banyak pilihan. Dunia development di 2025 menuntut kecepatan, efisiensi, dan presisi yang lebih tinggi. Di sinilah tiga pesaing berat—gRPC, GraphQL, dan tRPC—muncul dengan senjata andalannya masing-masing. Mana yang cocok buat proyekmu? Yuk, kita bedah.

GraphQL

Pernah nggak kesel karena harus bolak-balik request ke endpoint yang berbeda cuma untuk narik data yang sederhana? Atau dapat response JSON yang isinya seabrek, padahal cuma butuh satu field? GraphQL hadir buat menyelesaikan masalah ini.

GraphQL ibaratnya waiters yang sangat patuh. Client (frontend) bisa menentukan query persis apa yang dia mau, dan si server akan merespons dengan data yang diminta, tidak kurang tidak lebih. Ini menghilangkan masalah over-fetching dan under-fetching data. Keunggulan utamanya adalah fleksibilitas dan efisiensi data. Perfect banget untuk aplikasi dengan banyak platform (web, mobile) yang punya kebutuhan data berbeda-beda.

gRPC

Kalau butuh kecepatan dan performa yang ngebut, gRPC adalah jawabannya. Dibesarkan oleh Google, gRPC menggunakan protokol HTTP/2 dan format data binary (Protocol Buffers) yang ringan, bukan JSON yang berat.

Analoginya, kalo REST API itu seperti berkirim surat, gRPC itu seperti video call yang ultra HD dan low latency. gRPC sangat cocok untuk komunikasi service-to-service dalam arsitektur microservices yang kompleks, terutama untuk real-time streaming atau sistem yang membutuhkan throughput sangat tinggi. Jadi, kalau kamu membangun backend yang terdiri dari puluhan service yang perlu ngobrol dengan cepat, gRPC adalah champion-nya.

tRPC

Nah, ini salah satu yang paling hype di kalangan developer modern. tRPC itu kayak pasangan yang perfect buat kamu yang sudah jatuh cinta dengan TypeScript.

Coba bayangin kamu nulis function di backend, dan function itu secara otomatis bisa dipanggil langsung dari frontend dengan types yang sudah ter-infer secara penuh. Tidak perlu lagi generate client code manual, tidak ada lagi typo di URL endpoint, dan yang paling penting, jaminan type safety dari backend sampai frontend. tRPC membuat development feel like magic—cepat, aman, dan minim boilerplate. Ia sangat ideal untuk aplikasi full-stack monorepo modern seperti yang dibangun dengan Next.js atau Blitz.

Lalu, Pilih yang Mana?

Nggak ada jawaban mutlak, karena semuanya tergantung konteks :

  • GraphQL untuk aplikasi publik yang membutuhkan fleksibilitas query data yang tinggi (e.g., dashboard kompleks, API untuk banyak client berbeda).
  • gRPC untuk komunikasi internal antara microservices yang menuntut performa dan efisiensi maksimal (e.g., sistem internal bank, real-time analytics).
  • tRPC untuk proyek full-stack TypeScript yang mengutamakan developer experience dan keamanan types dari ujung ke ujung (e.g., startup yang ingin move fast dengan tim kecil).

Di tahun 2025, pengetahuan tentang berbagai arsitektur API ini bukan lagi sekadar "nice to have". Ini adalah senjata wajib di arsenal seorang developer untuk memilih tool yang tepat sesuai dengan jobnya. Jadi, sudah siap bereksperimen?

Baca Juga :


See More Posts

background

Konsep Data Mesh : Mendesentralisasikan Kepemilikan Data dalam Organisasi Besar

background

Memahami Arsitektur API Modern seperti gRPC, GraphQL, dan tRPC

background

Membangun Sistem yang Tangguh dengan Pattern Retry dan Circuit Breaker

Show more