Azura Team • 2025-05-19
Azura Labs, Semarang – Pada akhir 2020, dunia teknologi dikejutkan oleh salah satu serangan siber terbesar dalam sejarah: serangan SolarWinds. Meski telah berlalu beberapa tahun, kasus ini masih relevan hingga 2025—terutama dalam konteks keamanan rantai pasokan (supply chain security) yang kini jadi prioritas utama banyak organisasi.
SolarWinds adalah perusahaan penyedia perangkat lunak manajemen TI. Dalam kasus ini, para peretas—yang diduga berasal dari kelompok yang disponsori negara—berhasil menyusup ke dalam pembaruan perangkat lunak Orion milik SolarWinds. Pembaruan yang sudah disusupi ini kemudian didistribusikan ke lebih dari 18.000 pelanggan, termasuk lembaga pemerintah dan perusahaan besar di seluruh dunia.
Artinya? Penyerang berhasil masuk ke sistem target melalui jalur resmi, yakni update software yang seharusnya aman. Inilah yang disebut sebagai serangan rantai pasokan perangkat lunak.
Hingga kini, serangan SolarWinds masih menjadi studi kasus penting dalam dunia keamanan siber. Di tahun 2025, ancaman serupa tidak hanya meningkat, tapi juga makin canggih. Serangan terhadap keamanan supply chain digital kini bukan hal langka. Mulai dari open-source libraries, layanan cloud, hingga API pihak ketiga—semuanya rentan disusupi.
Peningkatan penggunaan AI, otomasi deployment, dan integrasi software lintas platform memperluas permukaan serangan. Satu titik lemah pada satu vendor saja bisa berdampak sistemik.
Berikut beberapa pelajaran kunci dari kasus ini yang tetap relevan hingga sekarang:
Kita tak bisa lagi mempercayai satu komponen hanya karena berasal dari vendor tepercaya. Prinsip "never trust, always verify" harus diimplementasikan secara menyeluruh, dari tingkat user hingga sistem antarmuka.
Serangan SolarWinds menunjukkan bahwa peretasan bisa terjadi tanpa terdeteksi selama berbulan-bulan. Maka, sistem deteksi anomali berbasis machine learning kini semakin banyak diadopsi.
Di 2025, banyak perusahaan mulai menerapkan SBOM (Software Bill of Materials) sebagai bagian dari standar compliance, agar tahu persis komponen apa yang ada dalam software mereka. Ini jadi standar baru untuk meningkatkan visibilitas rantai pasokan.
Melakukan patching atau update saja tidak menjamin keamanan. Harus ada proses verifikasi integritas update, baik dari sisi pengembang maupun penerima update.
Untuk memperkuat keamanan rantai pasokan digital di tahun 2025, organisasi bisa mengambil beberapa langkah berikut:
Serangan SolarWinds bukan hanya soal satu insiden besar di masa lalu. Ia adalah cermin dari kerentanan mendasar dalam ekosistem TI modern, terutama terkait supply chain. Di era digital 2025 yang serba terhubung, penting bagi organisasi untuk tidak hanya fokus pada keamanan internal, tapi juga meninjau ulang seluruh rantai pasokan perangkat lunaknya.
Kalau Anda mengandalkan software dari pihak ketiga—dan hampir semua perusahaan saat ini melakukannya—maka pertanyaan yang perlu diajukan adalah: Seberapa amankah rantai pasokan digital Anda?
PT. INSAN MEMBANGUN BANGSA
Jl. Lumbungsari V no 3 Kel. Kalicari, Kec. Pedurungan, Kota Semarang, Kode Pos 50198