Azura Team • 2025-10-23
Azura Labs - Kamu ngerasa nggak sih, dunia kerja sekarang kayak ngebut tanpa ampun? Belum juga sempat napas dari hype ChatGPT dan Copilot tahun lalu, tiba-tiba semua lowongan udah minta “AI skill” di dalam deskripsinya. Dan ternyata, ini bukan cuma perasaan semata. Menurut laporan global PwC 2025, pekerjaan yang membutuhkan kemampuan AI tumbuh empat kali lebih cepat dibanding pekerjaan lain di sektor teknologi. Bisa dibilang, kita lagi hidup di masa di mana “AI literacy” bukan lagi nilai tambah, tapi kebutuhan dasar kayak bisa pakai Excel di tahun 2000-an.
PwC menganalisis jutaan lowongan kerja dari berbagai negara dan hasilnya mencengangkan. Dalam 12 bulan terakhir, permintaan untuk posisi seperti AI Engineer, Data Scientist, MLOps Specialist, Prompt Engineer, dan AI Ethicist meningkat drastis.
Negara-negara seperti Amerika Serikat, India, Singapura, dan Uni Eropa jadi yang paling agresif dalam perekrutan talenta AI. Bahkan, posisi yang dulunya nggak berbau teknologi kayak marketing, HR, sampai legal — sekarang mulai memasukkan “AI understanding” sebagai skill wajib.
Penyebab utamanya? Karena AI sekarang udah nyentuh hampir semua lini bisnis. Dari cara perusahaan menganalisis data pelanggan, menulis laporan, sampai bikin keputusan strategis, semuanya mulai dioptimalkan dengan AI.
Salah satu insight menarik dari laporan ini: AI udah bukan lagi urusan orang teknis aja. Perusahaan sekarang lebih tertarik sama karyawan yang tahu cara pakai AI untuk meningkatkan performa di bidang mereka masing-masing.
Contohnya :
Beberapa perusahaan besar seperti Google, Deloitte, dan Microsoft bahkan mewajibkan semua karyawannya ikut pelatihan internal tentang AI literacy. Artinya, bisa jadi nanti sertifikasi dasar AI akan setara pentingnya dengan sertifikat manajemen proyek atau TOEFL di masa lalu.
Meski semua orang ngomongin AI, kenyataannya masih banyak profesional yang belum siap. PwC mencatat bahwa hanya sekitar 38% tenaga kerja teknologi yang punya pemahaman mendalam tentang machine learning, data governance, atau AI ethics padahal ini fondasi utama dalam integrasi AI. Akibatnya, banyak perusahaan kesulitan cari kandidat yang bisa menjembatani dunia bisnis dan teknologi. Bahkan beberapa startup di bidang AI governance mulai menawarkan jasa training-as-a-service untuk membantu perusahaan ngejar ketertinggalan skill timnya.
Jadi, Gimana Cara Profesional Menyesuaikan Diri?
Nggak harus langsung jadi “AI engineer” kok. Tapi kamu perlu ngerti gimana AI bisa bantu kerjaanmu jadi lebih efektif.
Berikut beberapa langkah kecil yang bisa kamu mulai:
Ingat, dunia kerja sekarang bukan lagi soal siapa yang paling pintar, tapi siapa yang paling cepat beradaptasi.
Laporan PwC ini bukan peringatan, tapi peta jalan. AI bakal terus memperluas pengaruhnya di setiap industri, dan mereka yang ngerti cara bekerjasama dengan teknologi ini akan selalu selangkah di depan. Jadi kalau kamu masih mikir, “apakah AI bakal ambil pekerjaan manusia?” Mungkin pertanyaan yang lebih tepat adalah :
“Sudah sejauh apa aku menyiapkan diriku buat kerja bareng AI?”
Baca Juga :
PT. INSAN MEMBANGUN BANGSA
Jl. Lumbungsari V no 3 Kel. Kalicari, Kec. Pedurungan, Kota Semarang, Kode Pos 50198