Azura Team • 2025-05-30
Azura Labs - Masih ingat nggak sih, zaman dulu kalau mau bikin server atau database di cloud, kita harus buka konsol cloud provider satu per satu, klik sana-sini, isi form, terus deploy? Lumayan makan waktu dan rawan salah ketik, kan? Apalagi kalau lingkungannya banyak dan kompleks. Rasanya kayak lagi nyusun Lego satu per satu pake tangan, padahal ada cetakan yang bisa bikin langsung jadi! Nah, di tahun 2025 ini, cara lama itu udah mulai ditinggalkan. Sekarang, eranya Infrastructure as Code (IaC), dan salah satu bintang utamanya adalah Terraform!
Jadi, apa sih sebenarnya Infrastructure as Code (IaC) itu? Simpelnya gini: kalau dulu kita bikin server, database, network, dan segala macam infrastruktur cloud itu secara manual (klik-klik di dashboard), sekarang kita bisa bikin semua itu dengan menulis kode. Iya, beneran kode! Ibaratnya, kamu punya resep lengkap untuk bikin semua komponen infrastrukturmu, dan resep itu bisa kamu simpan, modifikasi, dan jalankan berulang kali.
Kenapa IaC ini penting banget di tahun 2025?
Menurut laporan dari Red Hat Global Tech Outlook 2025, adopsi IaC diprediksi akan mencapai 85% di antara organisasi yang menggunakan cloud-native applications, dengan 70% di antaranya menggunakan alat seperti Terraform untuk manajemen infrastruktur multi-cloud. Ini menunjukkan bahwa IaC bukan lagi pilihan, tapi sudah jadi standar industri.
Dari sekian banyak tools IaC yang ada (ada Ansible, Puppet, Chef, CloudFormation, dll.), Terraform ini punya keunggulan yang bikin dia jadi favorit banyak orang. Apa itu? Multi-cloud compatibility!
Bayangkan, kamu punya aplikasi yang jalan di AWS, tapi juga pakai database di Google Cloud Platform (GCP), dan mungkin CDN di Azure. Kalau pakai tool spesifik dari satu cloud provider (misalnya CloudFormation cuma buat AWS), kamu butuh tool yang berbeda buat GCP atau Azure. Ribet, kan? Nah, di sinilah Terraform bersinar!
Terraform, yang dikembangkan oleh HashiCorp, bisa dipakai buat mengelola infrastruktur di berbagai cloud provider (AWS, Azure, GCP, DigitalOcean, Oracle Cloud, bahkan on-premise juga bisa!), Kubernetes, dan banyak lagi. Gimana caranya? Dia punya sistem provider yang bikin dia fleksibel banget.
Terraform itu pakai bahasa konfigurasi yang disebut HashiCorp Configuration Language (HCL). Ini bahasa yang relatif mudah dibaca dan dipahami, bahkan buat pemula sekalipun. Kamu tinggal tulis file .tf yang berisi "deklarasi" infrastruktur yang kamu mau.
Contoh sederhana banget nih, kalau kamu mau bikin virtual machine di AWS :
Setelah kamu punya file kode ini, kamu tinggal jalankan beberapa perintah Terraform:
Fitur terraform plan ini penting banget karena bisa mencegah typo atau kesalahan konfigurasi yang fatal. Kamu bisa ngecek dulu "preview" dari perubahan yang bakal terjadi sebelum benar-benar menerapkannya ke lingkungan produksi.
Sebuah survei dari Stack Overflow Developer Survey 2024 menunjukkan bahwa Terraform menjadi salah satu alat IaC yang paling dicari dan banyak digunakan, menempati posisi teratas bersama Kubernetes di kategori DevOps Tools. Ini mengindikasikan relevansinya yang terus meningkat di kalangan praktisi teknologi.
Belajar Terraform itu kayak belajar bahasa baru, tapi bahasa yang ini bikin hidupmu sebagai developer atau engineer jadi jauh lebih mudah dan efisien. Nggak perlu takut ribet, karena dokumentasinya lengkap dan banyak banget tutorial online yang bisa kamu ikuti.
Jadi, kalau kamu pengen karirmu makin melejit di dunia teknologi yang serba cloud ini, jangan ragu buat nyemplung dan belajar Infrastructure as Code dengan Terraform. Siapa tahu, kamu bisa jadi wizard yang bisa bikin infrastruktur sekejap mata!
Baca Juga :
PT. INSAN MEMBANGUN BANGSA
Jl. Lumbungsari V no 3 Kel. Kalicari, Kec. Pedurungan, Kota Semarang, Kode Pos 50198